Senin, 10 Februari 2014

BPN ISMKI itu dipayungi SIAPA???

Mungkin disini pada heran dengan judul postingan saya diatas... kenapa saya menulis judul itu. Ingat gak tulisan yang ditulis FRANZ SINATRA YOGA mengenai BPN ISMKI berada di Ujung Tanduk??  Kita tau sendiru BPN ISMKI adalah organisasi BADAN PELENGKAP dari ISMKI yang merupakan organisasi mahasiswa kedokteran terbesar di Indonesia. Namun faktanya? ISMKI dan BPN ISMKI berjalan sendiri-sendiri tanpa koordinasi. ISMKI yang "Katanya" sebagai "Bapak" dari BPN ISMKI seolah tidak peduli dan tidak mau tau tentang anaknya itu. Saya disini bukan bermaksud menjelekan, tapi saya menyampaikan unek2 saya selaku Pengurus Harian Nasional BPN ISMKI Divisi majalah Spektrum.
Selain itu BPN ISMKI sebagai lembaga Pers yang dibawah payung dari ISMKI seolah "tidak dihargai" mengapa saya mengatakan demikian? berikut jawabanya.
1. BPN ISMKI tidak jelas posisinya, apakah disejajarkan sekbid di ISMKI atau tidak
2. ISMKI telah melakukan pemutusan sepihak penggunaan web dari webnya ISMKI
3. Setiap kali diberikan rubrik ISMKI hanya beberapa sekbidwil yang bisa diajak kerjasama untuk pengisian majalah spektrum
4. kerja ISMKI telah Overlapping kenapa? contoh ISMKI wilayah 2 bkin buletin berjudul RISK. lalu ISMKI Wilayah 1, Kastratnya bikin buletin, ISMKI Wilayah 4 bikin majalah kastrat dan terakhir. MEP ISMKI Nasional mau membuat E-Booklet yang isinya semacam buletin. dan parahnya lagi, ISMKI mempunyai WARTA ISMKI. Lho Spektrum dikemanakan?
5. Dalam hal pendanaan ISMKI juga tidak pernah memberikan bantuan dana ke BPN ISMKI (namun bagi saya itu tidak masalah sih)

Nah karena alasan tersebut, demi kebaikan bersama menurut saya, BPN lebih mandiri alias tidak berada satu payung dengan ISMKI lagi, seperti layaknya PTBMMKI, FULDFK, alias organisasi yang independen. Itu akan lebih baik menurut saya ketimbang dalam satu payung BPN dan ISMKI nggundel terus menerus. Lah lagian BPN juga sebenarnya punya POWER, tanpa ISMKIpun BPN, BISA!!! 

Minggu, 09 Februari 2014

BIAYA REMIDIAL FK UNISSULA TERMAHAL

Sudah bukan rahasia lagi pada saat ini biaya pendidikan untuk fakultas kedokteran sangat tinggi, khususnya FK swasta mulai dari uang pengembangan (uang gedung) yang jumlahnya ratusan juta, uang SPP yang besarnya belasan juta maupun uang remidial yang sangat mahal.. tak salah memang pepatah "hanya orang mampu yang bisa kuliah di FK...
Selain biaya kuliah yang mahal, proses pembelajarannyapun susah dan padat. tugas yang menumpuk, laporan praktikum, dan kegiatan akademik lainnya yang harus ditempuh... hal ini lah yang mungkin jadi imbas nilai mahasiswa yang tidak tinggi... dan mahasiswapun ingin mengambil remidial di masa liburan untuk menambah nilai.. baik yg belum lulus maupun yg lulus namun ingin perbaikan... walaupun kadang beberapa Universitas Negeripun menggunakan sistem katrol nilai untuk menaikan nilai mahasiswa, tanpa mengurangi kualitas. Remidialpun ditempuh... Namun, Apakah masalah selesai? Tidak.. biaya remidialpun sangat tinggi.. bahkan beberapa universitas mematok biaya yang "MAHA TINGGI", salahsatunya tempat dimana saya belajar. biaya remidial baik teori maupun skill dihitung setiap sks.nya Rp.260.000,00, satu modul berkisar 3-6 sks, tergantung modul yang diambil. Padahal beberapa FK swasta di Indonesia, biaya segitu adalah PER BLOK atau PER MODUL. 
saya bandingkan dengan beberapa perguruan tinggi swasta yang ada di Jateng dan DIY, biaya remidi di tempat saya belajar termahal. sekali remidi bisa menghabiskan berjuta juta rupiah hanya untuk sekali test dengan fasilitas satu bendel soal kertas buram (walaupun nanti dikembalikan lagi soalnya) dan satu buah LJK... saya ingat waktu audiensi dengan fihak dekanat dan prodi mengenai sistem ini.. para pimpinan mengharapkan supaya angka yang remidi yaitu 15% saja per modul dengan begitu biaya yang ditanggung mahasiswa itupun semakin besar.. kita lihat FAKTANYA, mungkin yang satu kampus sama saya tau antrian bank yang panjang hanya untuk membayar remidial yang hanya sekali tes tanpa perlakuan. ini fakta lho... kita lihat fakta juga... alasan lain juga kenapa mahal karena biaya remidi tidak dibebankan di DPI maupun semesteran seperti yang dilakukan beberapa FK... walaupun beberapa FK seperti FK UII, FK UMS, FK UMY yang ada di jateng DIY biaya semester maupun uang depan lebih murah dibandingkan kampus saya sendiri. uang remidi? jauh lebih murah.. jangan jadikan alasan semakin baiknya akreditasi ya semakin mahal.. menurut saya nih ya ga ada hubungannya entah akreditasi A akreditasi B akreditasi C dengan biaya remidial dan biaya remidial itu dihitung berdasarkan kebutuhan, yang jadi tanda tanya. kenapa jaman periode sebelumnya uang remidial 260 ribu per sks itu mendapat kuliah 2 minggu periode kepemimpinan sekarang hanya tes satu kali saja? kalau dilogika dan dinalar 260 ribu per sks dengan kuliah 2 minggu bisa kenapa sekarang tanpa kuliah namun beban biaya sama? kalaupun tanpa perlakuan mestinya biaya banyak yang dipangkas otomatis ya turunya biaya remidi... Tapi kenapa disamakan? saya sampai sekarangpun belum mudeng itung2an yang waktu itu dijelaskan.. kurang logis menurut saya, sistem dulu biaya sama namun ada kuliah, tapi g ada defisit dana...
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menjatuhkan Fakultas Kedokteran tempat dimana saya belajar. ini hanya unek2 saja.. Apapun itu saya tetep bangga... menjadi mahasiswa UNISSULA